Senin, 04 Juni 2012

Pendalaman Narkoba

PENGOBATAN NARKOBA
1) Pengobatan adiksi (detoks) : proses menghilangkan racun dari tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang dipakai / penurunan dosis obat pengganti.
2) Pengobatan infeksi
3) Rehabilitasi : proyteksi lingkungan dan pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu.
4) Pelatihan mandiri
PENCEGAHAN NARKOBA
Narkoba dapat dicegah dengan cara memperkuat keimanan, memilih lingkungan pergaulan yang sehat, komunikasi yang baik, dan hindari pintu masuk narkoba yaitu rokok.

PERTOLONGAN PERTAMA
Ada empat cara alternative menurunkan resiko / “harm reduction” :
Menggunakan jarum suntik sekali pakai
  1. Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik
  2. Mengganti kebiasaan menyuntik dengan mnghirup/oral dengan tablet.
  3. Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba
TANDA-TANDA PENYALAHGUNAAN NARKOBA
1) Fisik : berat badan turun drastic, mata terlihat cekung dan merah, dan bibir kehitaman, tangan penuh dengan bintik-bintik merah, buang air besar dan kecil kurang lancar, sembelit atau sakit perut tnpa alasan yang jelas.
2) Emosi : sangat sensitive dan cepat bosan, menunjukan sikap membangkang, emosi naik turun, nafsu makan tidak menentu.
3) Perilaku : malas, menunjukan sikap tidak peduli, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam, suka mencuri, selalu kehabisan uang, takut akan air, sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, cenderung maniplatif, sering berbohong dan ingkar janji, jantung berdebar-debar, sering menguap, mengeluarkan air mata yang berlebihan, mengeluarkan keringat yang berlebihan, sering mengalami mimpi buruk, dan ngilu/nyeri sendi-sendi.
Narkoba akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa,dan fungsi social, maka pemerintah memberlakukan UU untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No. tahun 1997 tentang psikotropika dan UU No.22 tahun1997 tentang narkotika. Menurut kesepakatan Convention On The Rights Of The Child (CRC) tahun 1989, setiap anak berhak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dan dilindungi secara fisik maupun mental. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) kasus pemakai narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. maka penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam.
Walaupun pemerintah dalam UU perlindunan anak No.23 tahun 2002 pasal 20 menyatakan bahwa Negara, pemarintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak, namun masih jauh dari harapan. Salah satu upayadalam penanggulangan bahaya narkoba adalah dengan melakukan program yang menitik beratkan pada anak usia sekolah.
Ada 3 hal yang harus diperhatikan ketka melakukan program anti narkoba di sekolah :
1) Mengikut sertakan keluarga
2) Menekan secara jelas kebijakan :” tidak pada narkoba”
3) Meningkatkan kepercayaan antara orang tua dan anak-anak.

Pendekatan HIV

Klasifikasi

Pohon kekerabatan (filogenetik) yang menunjukkan kedekatan SIV dan HIV.
Kedua spesies HIV yang menginfeksi manusia (HIV-1 dan -2) pada mulanya berasal dari Afrika barat dan tengah, berpindah dari primata ke manusia dalam sebuah proses yang dikenal sebagai zoonosis.[7] HIV-1 merupakan hasil evolusi dari simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan troglodyte troglodyte. Sedangkan, HIV-2 merupakan spesies virus hasil evolusi strain SIV yang berbeda (SIVsmm), ditemukan pada Sooty mangabey, monyet dunia lama Guinea-Bissau.[7] Sebagian besar infeksi HIV di dunia disebabkan oleh HIV-1 karena spesies virus ini lebih virulen dan lebih mudah menular dibandingkan HIV-2.[7] Sedangkan, HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat.[7]
Berdasarkan susuanan genetiknya, HIV-1 dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu M, N, dan O.[8] Kelompok HIV-1 M terdiri dari 16 subtipe yang berbeda.[8] Sementara pada kelompok N dan O belum diketahui secara jelas jumlah subtipe virus yang tergabung di dalamnya.[8] Namun, kedua kelompok tersebut memiliki kekerabatan dengan SIV dari simpanse.[8] HIV-2 memiliki 8 jenis subtipe yang diduga berasal dari Sooty mangabey yang berbeda-beda.[8]
Apabila beberapa virus HIV dengan subtipe yang berbeda menginfeksi satu individu yang sama, maka akan terjadi bentuk rekombinan sirkulasi (circulating recombinant forms - CRF)[9] (bahasa Inggris: circulating recombinant form, CRF). Bagian dari genom beberapa subtipe HIV yang berbeda akan bergabung dan membentuk satu genom utuh yang baru.[10] Bentuk rekombinan yang pertama kali ditemukan adalah rekombinan AG dari Afrika tengah dan barat, kemudian rekombinan AGI dari Yunani dan Siprus, kemudian rekombinan AB dari Rusia dan AE dari Asia tenggara.[10] Dari seluruh infeksi HIV yang terjadi di dunia, sebanyak 47% kasus disebabkan oleh subtipe C, 27% berupa CRF02_AG, 12,3% berupa subtipe B, 5.3% adalah subtipe D dan 3.2% merupakan CRF AE, sedangkan sisanya berasal dari subtipe dan CRF lain.[10]

Struktur dan Materi Genetik

HIV memiliki diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical) hingga oval karena bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion).[11] Selubung virus berasal dari membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida.[11] Di dalam selubung terdapat bagian yang disebut protein matriks.[11]
Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid.[12] Genom adalah materi genetik pada bagian inti virus yang berupa dua kopi utas tunggal RNA.[12] Sedangkan, kapsid adalah protein yang membungkus dan melindungi genom.[12]
Berbeda dengan sebagian besar retrovirus yang hanya memiliki tiga gen (gag, pol, dan env), HIV memiliki enam gen tambahan (vif, vpu, vpr, tat, ref, dan nef).[11] Gen-gen tersebut disandikan oleh RNA virus yang berukuran 9 kb.[11] Kesembilan gen tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan fungsinya, yaitu gen penyandi protein struktural (Gag, Pol, Env), protein regulator (Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya pada HIV-1, Vpx hanya pada HIV-2; Vpr, Vif, Nef).[12]
Nama Gen dan Protein yang disandikan Ukuran Lokalisasi Fungsi
Tat (trans-aktivator transkripsi) 86 asam amino (AA), 2 ekson, 14 kDalton nukleus, nukleolus, protein awal Penting untuk replikasi; Trans-aktivasi ekspresi mRNA virus, mengatur ekspresi sitokin dan reseptor. [13]
Rev (regulator ekspresi protein virus) 116 AA, 2 ekson, 19 kDalton nukleus, di antara sitoplasma dan nukleolus Penting untuk replikasi; mengatur transkripsi dan ekspresi protein Gag, Pol, Env, Vif, Vpu, dan Vpr.[13]
Vif (faktor infektivitas virus) 192 AA, 23 kDalton sitoplasma, beberapa molekul yang terbungkus dalam virion dewasa Penting untuk infektivitas dan replikasi pada sel primer; berperan dalam tahap awal replikasi HIV[13]
Vpr (Protein R virus) 96-106 AA, 10-15 kDalton komponen dari inti virus dan kompleks membran Mediasi replikasi di sel yang tidak membelah[13]
Vpx (Protein X virus) 112 AA, 12-16 kDalton komponen virion Berfungsi seperti Vpr[13]
Vpu (Protein U virus) 81 AA (terfosforilasi), 9,2 & 16 kDalton retikulum endoplasma, protein transmembran Degradasi CD4; meningkatkan pelepasan HIV; pembentukan membran protein integral; regulasi ekpresi permukaan sel terhadap MHC I[13]
Nef (Faktor Negatif) 206 AA, 27 kDalton virion, sitoplasma, nukleus Meningkatkan produksi HIV di tahap akhir; mengatur ekspresi MHC I dan CD4[13]

Siklus Hidup

Struktur HIV.
Seperti virus lain pada umumnya, HIV hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan sel inang. Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan reseptor pada permukaan sel inang, di antaranya adalah CD4, CXCR5, dan CXCR5. Sel-sel yang menjadi target HIV adalah sel dendritik, sel T, dan makrofaga.[12] Sel-sel tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) penis, vagina, dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV.[12] Selain itu, HIV juga dapat langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di noda limpa.[12]
Setelah menempel, selubung virus akan melebur (fusi) dengan membran sel sehingga isi partikel virus akan terlepas di dalam sel.[14] Selanjutnya, enzim transkriptase balik yang dimiliki HIV akan mengubah genom virus yang berupa RNA menjadi DNA.[14] Kemudian, DNA virus akan dibawa ke inti sel manusia sehingga dapat menyisip atau terintegrasi dengan DNA manusia.[14] DNA virus yang menyisip di DNA manusia disebut sebagai provirus dan dapat bertahan cukup lama di dalam sel.[14] Saat sel teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang dimiliki sel inang akan memproses provirus sama dengan DNA manusia, yaitu diubah menjadi mRNA.[14] Kemudian, mRNA akan dibawa keluar dari inti sel dan menjadi cetakan untuk membuat protein dan enzim HIV.[14] Sebagian RNA dari provirus yang merupakan genom RNA virus.[14] Bagian genom RNA tersebut akan dirakit dengan protein dan enzim hingga menjadi virus utuh.[14] Pada tahap perakitan ini, enzim protease virus berperan penting untuk memotong protein panjang menjadi bagian pendek yang menyusun inti virus.[14] Apabila HIV utuh telah matang, maka virus tersebut dapat keluar dari sel inang dan menginfeksi sel berikutnya.[15] Proses pengeluaran virus tersebut melalui pertunasan (budding), di mana virus akan mendapatkan selubung dari membran permukaan sel inang.[15]

Deteksi HIV

Seorang wanita sedang menggunakan alat tes HIV.
Umumnya, ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu tes PCR, tes antibodi HIV, dan tes antigen HIV.[16] Tes reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan teknik deteksi berbasis asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan materi genetik HIV di dalam tubuh manusia.[17] Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban virus atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT).[16] PCR DNA biasa merupakan metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau tidaknya DNA virus.[18] Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat dilakukan dengan metode real-time PCR yang merupakan metode kuantitatif.[18] Deteksi asam nukleat ini dapat mendeteksi keberadaan HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi terjadi.[8] Tes ini biasanya digunakan untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru lahir, namun jarang digunakan pada individu dewasa karena biaya tes PCR yang mahal dan tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil tes ini lebih tinggi bila dibandingkan tes lainnya.[16]
Untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering digunakan tes antibodi HIV yang murah dan akurat.[16] Seseorang yang terinfeksi HIV akan menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut.[16] Tes antibodi HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin.[16] Sejak tahun 2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat (rapid test) untuk mendeteksi antibodi HIV dari tetesan darah ataupun sampel liur (saliva) manusia.[19] Sampel dari tubuh pasien tersebut akan dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (test strip) dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positif maka akan muncul dua pita berwarna ungu kemerahan.[19] Tingkat akurasi dari alat uji ini mencapai 99.6%, namun semua hasil positif harus dikonfirmasi kembali dengan ELISA.[19] Selain ELISA, tes antibodi HIV lain yang dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjut adalah Western blot.[17]
Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang memicu respon antibodi.[16] Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah.[16] Tes antibodi dan tes antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi yang lebih akurat dan lebih awal.[16] Tes ini jarang digunakan sendiri karena sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap HIV terbentuk.[16]

Penularan dan Pencegahan

HIV dapat ditularkan melalui injeksi langsung ke aliran darah, serta kontak membran mukosa atau jaringan yang terlukan dengan cairan tubuh tertentu yang berasal dari penderita HIV.[20] Cairan tertentu itu meliputi darah, semen, sekresi vagina, dan ASI.[20] Beberapa jalur penularan HIV yang telah diketahui adalah melalui hubungan seksual, dari ibu ke anak (perinatal), penggunaan obat-obatan intravena, transfusi dan transplantasi, serta paparan pekerjaan.[21]

Hubungan seksual

Menurut data WHO, pada tahun 1983-1995, sebanyak 70-80% penularan HIV dilakukan melalui hubungan heteroseksual, sedangkan 5-10% terjadi melalui hubungan homoseksual. Kontak seksual melalui vagina dan anal memiliki resiko yang lebih besar untuk menularkan HIV dibandingkan dengan kontak seks secara oral.[22] Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan resiko penularan melalui hubungan seksual adalah kehadiran penyakit menular seksual, kuantitas beban virus, penggunaan douche. Seseorang yang menderita penyakit menular seksual lain (contohnya: sifilis, herpes genitali, kencing nanah, dsb.) akan lebih mudah menerima dan menularkan HIV kepada orang lain yang berhubungan seksual dengannya.[23] [24] Beban virus merupakan jumlah virus aktif yang ada di dalam tubuh. Penularah HIV tertinggi terjadi selama masa awal dan akhir infeksi HIV karena beban virus paling tinggi pada waku tersebut.[24] Pada rentan waktu tersebut, beberapa orang hanya menimbulkan sedikit gejala atau bahkan tidak sama sekali.[24] Penggunaan douche dapat meningkatkan resiko penularan HIV karena menghancurkan bakteri baik di sekitar vagina dan anus yang memiliki fungsi proteksi.[24] Selain itu, penggunaan douche setelah berhubungan seksual dapat menekan bakteri penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan infeksi.[24]
Pencegahan HIV melalui hubungan seksual dapat dilakukan dengan tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom.[21] Cara pencegahan lainnya adalah dengan melakukan hubungan seks tanpa menimbulkan paparan cairan tubuh.[23] Untuk menurunkan beban virus di dalam saluran kelamin dan darah, dapat digunakan terapi anti-retroviral.[24]

Ibu ke anak (transmisi perinatal)

Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui infeksi in utero, saat proses persalinan, dan melalui pemberian ASI.[21] Beberapa faktor maternal dan eksternal lainnya dapat mempengaruhi transmisi HIV ke bayi, di antaranya banyaknya virus dan sel imun pada trisemester pertama, kelahiran prematur, dan lain-lain.[21] Penurunan sel imun (CD4+) pada ibu dan tingginya RNA virus dapat meningkatkan resiko penularan HIV dari ibu ke anak. Selain itu, sebuah studi pada wanita hamil di Malawi dan AS juga menyebutkan bahwa kekurangan vitamin A dapat meningkatkan risiko infeksi HIV. Risiko penularan perinatal dapat dilakukan dengan persalinan secara caesar, tidak memberikan ASI, dan pemberian AZT pada masa akhir kehamilan dan setelah kelahiran bayi.[21] Di sebagian negara berkembang, pencegahan pemberian ASI dari penderita HIV/AIDS kepada bayi menghadapi kesulitan karena harga susu formula sebagai pengganti relatif mahal.[25] Selain itu, para ibu juga harus memiliki akses ke air bersih dan memahami cara mempersiapan susu formula yang tepat.[25]

Lain-lain

Cara efektif lain untuk penyebaran virus ini adalah melalui penggunaan jarum atau alat suntik yang terkontaminasi, terutama di negara-negara yang kesulitan dalam sterilisasi alat kesehatan.[21] Bagi pengguna obat intravena (dimasukkan melalui pembuluh darah), HIV dapat dicegah dengan menggunakan jarum dan alat suntik yang bersih.[21] Penularan HIV melalui transplantasi dan transfusi hanya menjadi penyebab sebagian kecil kasus HIV di dunia (3-5%).[21] Hal ini pun dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan produk darah dan transplan sebelum didonorkan dan menghindari donor yang memiliki resiko tinggi terinfeksi HIV.[21]
Penularan dari pasien ke petugas kesehatan yang merawatnya juga sangat jarang terjadi (< 0.0001% dari keseluruhan kasus di dunia).[21] Hal ini dicegah dengan memeberikan pengajaran atau edukasi kepada petugas kesehatan, pemakaian pakaian pelindung, sarung tangan, dan pembuangan alat dan bahan yang telah terkontaminasi sesuai dengan prosedur.[21] Pada tahun 2005, sempat diusulkan untuk melakukan sunat dalam rangka pencegahan HIV. Namun menurut WHO, tindakan pencegahan tersebut masih terlalu awal untuk direkomendasikan.[26]
Ada beberapa jalur penularan yang ditakutkan dapat menyebarkan HIV, yaitu melalui ludah, gigitan nyamuk, dan kontak sehari-hari (berjabat tangan, terekspos batuk dan bersin dari penderita HIV, menggunakan toilet dan alat makan bersama, berpelukan).[20] Namun, CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) menyatakan bahwa aktivitas tersebut tidak mengakibatkan penularan HIV.[20] Beberapa aktivitas lain yang sangat jarang menyebabkan penularan HIV adalah melalui gigitan manusia dan beberapa tipe ciuman tertentu.[20]
Sub-Sahara Afrika tetap merupakan daerah yang paling parah terkena HIV di antara kaum perempuan hamil pada usia 15-24 tahun di sejumlah negara di sana. Ini diduga disebabkan oleh banyaknya penyakit kelamin, praktik menoreh tubuh, transfusi darah, dan buruknya tingkat kesehatan dan gizi di sana

Narkoba

Seperti yang kita ketahui narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Sebenarnya narkoba dipakai untuk membius pasien saat operasi, namun kini persepsi itu disalahgunakan akibat pemakaian diluar batas dosis. Dimulai dari kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga opion (opium) yang tumbuh di daerah dataran tinggi. Memasuki abad XVII opium (candu) menjadi masalah nasional bahkan di abad XIX terjadi perang candu. Tahun 1806 FRriedrich Wilhelim Sertuner (dokter dari Westphalia) memodifikasi candu yang dicampur amoniak dikenal sebagai morphin. Tahun 1856 morphin digunakan untuk penghilang rasa sakit luka-luka perang. Tahun 1874 Alder Wright (ahli kimia dari London) merebus morphin dengan asam anhidrat. Namun tahun 1898 pabrik obat “Bayer” memproduksi obat dengan nama heroin sebagai alat penghilangn sakit. Dan d akhir tahun 70an diberi campuran khusu agar candu tersebut didapat dalam bentuk obat-obatan. Efek-fek narkoba antara lain :
 a) Halusinogen : seseorang menjadi berhalusinasi dengan melihat sesuatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada/tidak nyata.
b) Stimulan : kerja organ tubuh lebih cepat dari biasanya sehingga seseorang lebih bertenaga sementara waktu dan cenderung senang serta gembira sementara waktu.
c) Adktif : seseorng cenderung bersikap pasif karena memutuskan syaraf-syaraf otak, dan lambat laun organ akan rusak kemudian akhirnya kematian
Macam-macam Narkoba :
1. Heroin / diamorfin (INN)
Sejenis opioid alkaloid dihasilkan dari getah buah candu dikenal sebagai putauw yang dihasilkan dari kristalisasi bahan-bahan kimia sintesis. Efeknya lebih dahsyat dan harganya lebih murah. Kandungannya : heroin 20%, herioin hydrochloride 20%, moncacetyil morphine 35%, the baine 15%, papaverine 10%, noscapine 5%.
heroin
2. Ganja
Tumbuhan penghasil serat namun kandungan zat narkotika pada bijinya membuat pemakainya mengalami euphoria (rasa senang yang berkepanjangan dan tanpa sebab )efeknya pengguna akan malas dan otak lamban berfikir. Selain digunakan untuk pereda rasa sakit da pengobatan , banyak juga yang menyatakan adanya lonjakan kreatifitas dalam berfikir serta berkarya (terutama pada seniman dan musisi).
Ganja
3. Morfin
Alkaloid yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium yang bekerja langsung pada system saraf pisat untuk menghilangkan sakit. Efeknya penurunan kesadaran, euphoria, rasa kantuk, lesu, penglihatan kabur, menderita insomnia dan mimpi buruk.
Morfin
4. Kokain
Senyawa sintesis yang memicu metabolise sel menjadi sangat cepat. Digunakan sebagai anestetik local khususnya untuk pembedahan mata, hidung, dan tenggorokan. Berefek halusinasi, menimbulkan rasa sakit/sakauw, skizofrenia (memicu gangguan psikologis berupa kegilaan ). Kandungan : 100% cannabinoids.
kokain
5. Putauw ( pe-te )
Heroin yang buat dari bunga yang namanya opium. Ciri-ciri pengguna : tidak bersemangat, mata sayu, pucat, tidak dapat berkonsentrasi, hidungterasa gatal, mual, kurus, emosi labil. Oramg yang kebanyakan mengkonsumsi putauw suatu saat pasti akan terjadi sakauw yang mnimbulkan gejala mual-mual, mta dan hidung berair, tulang dan sendi terasa ngilu, badan berkeringat dan menggigil. Akibatnya saraf otak akan rusak, dehidrasi, liver rusak, tulang gigi keropos, jet lag, saraf mata rusak, dan paras selalu ketakutan.
putauw
6. Shabu-shabu
Berbentuk kristal, cirri-ciri pengguna : terlihat bersemangat, cenderug paranoid (suka curiga), tidak bias diam, tidak bias tidur karena cenderung untuk terus beraktivitas, tapi sulit untuk berfikir dengan baik.
Shabu-shabu
7. Ecstasy
Berbntuk kapsul, cirri-ciri pengguna : energik, mata sayu dn pucat, berkeringat dan tidak bias diam, susah tidur. Efeknya kerusakan saraf otak, dehidrasi, gangguan liver, tulang dan gigi keropos, kerusakan saraf mata, tidak nafsu makan.
Ectasy
8. Cannabis
Tanaman yang dikeringkan dengan efek membuat pemakai menjadi TELER/FLY. Cirri-ciri pengguna : kantung mata erlihat bengkak, merah dan berair, sering bengong, pendengaran kurang, sulit berfikir, perasaan gembira, dan selalu tertawa, tetapi cepat marah dan tidak bergairah.
canabis
9. Pil Koplo
Efek yang terjadi bila sakauw : gelisah, emosional, mata merah, uring-uringan, keringat dingin, badan sakit semua. Akibatnya organ tubuh rusak, halusinasi, gila, beringas, suka berantem, bikin rebut, dan dapat membunuh orang.
Pil Koplo
.

Sejarah singkat HIV/AIDS

 Samuel Yusfy memaparkan sejarah singkat mengenai HIV/AIDS :

Pada bulan Juli 1981, New York Times melaporkan suatu kejadian yang langka bentuk kanker di kalangan laki-laki gay di New York dan California, pertama disebut sebagai "gay kanker"; tetapi medis yang dikenal sebagai Kaposi Sarcoma. Tentang waktu yang sama, Kamar Darurat di New York City mulai melihat anguh tampaknya laki-laki muda sehat dengan presentasi fevers, seperti gejala flu, dan radang paru-paru yang disebut Pneumocystis. Tentang satu tahun kemudian, pada CDC (Pusat Pengendalian) link terhadap penyakit darah dan uang logam istilah AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Pada tahun pertama lebih dari 1.600 kasus yang didiagnosis dengan hampir 700 kematian.

Karena jumlah kematian soared, ahli medis goreng untuk menemukan lebih penting dan menyebabkan penyembuhan. Pada 1984, Institut Pasteur dari Prancis menemukan apa yang disebut mereka tertular virus HIV, tetapi tidak sampai satu tahun kemudian AS ilmuwan, Dr Robert Gallo dikonfirmasi bahwa HIV adalah penyebab AIDS.

Setelah penemuan ini, pertama tes HIV disetujui pada 1985. Selama beberapa tahun obat untuk memerangi virus dikembangkan serta obat-obatan untuk mencegah infeksi yang berkembang saat sistem kekebalan tubuh rusak akibat HIV dan AIDS. Hingga akhir 1987, terdapat 71.000 kasus AIDS dikonfirmasi, mengakibatkan lebih dari 40.000 kematian.

Jadi di mana kita akan hari ini? Terima kasih kepada yang pernah berubah-deret baru obat anti-retroviral dan peningkatan dana awal untuk perawatan medis, kematian terkait AIDS di Amerika Serikat menurun. Orang yang sehat dan hidup lagi. Namun, di belahan dunia lainnya, epidemi AIDS di rages. Beberapa memperkirakan bahwa 40 persen dari orang di sub-wilayah Sahara Afrika yang terinfeksi HIV. Banyak dari orang-orang ini tidak menyadari bahwa mereka yang terinfeksi, sehingga dalam infeksi lain, untuk menambahkan penyebaran penyakit. Lain pengingat suram dari epidemi adalah Afrika jumlah anak-anak yatim piatu oleh AIDS. Jalan buntu adalah dengan anak-anak yang kehilangan orang tua untuk AIDS, tidak memiliki makanan, dan tidak ada tempat untuk pergi. Dan dengan uang yang tersedia tidak mahal untuk obat-obatan HIV, epidemi diharapkan untuk mendapatkan jauh lebih buruk, dengan perkiraan 20000000 terinfeksi lebih dari 5 tahun berikutnya.


Sabtu, 02 Juni 2012

Album

  
PIK R-Surya SMKN 1 Berau


Ni dia sebagian prestasinya
PaKetu @ stand cuy...